Rabu, 10 Juni 2009

Memadukan Pendidikan dan Dunia kerja


lifeskill-edisi03

Pendidikan persiapan kerja.


Kompetensi menjadi kata kunci untuk setiap orang untuk dapat dipercaya memegang suatu pekerjaan, ditambah ketrampilan yang memadahi seseorang akan dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik. Pekerjaan atau mata pencaharian memang bisa beragam jenisnya mulai dari menjadi kuli bangunan sampai menjadi arsitek. Untuk mendapat pekerjaan itu, maka syaratnya dia harus juga memiliki keterampilan, oleh karena itu keterampilan ini menjadi syarat yang tidak bisa ditinggalkan untuk setiap pencari kerja atau siapapun yang ingin memiliki mata pencaharian.

Demikian pula kalau ingin berwiraswasta, keterampilan sangat diperlukan. Tanpa keterampilan yang cukup, mustahil seseorang bisa berwirausaha. Oleh karena itu banyak orang memburu pendidikan ketrampilan demi mewujudkan impiannya itu, entah segera mendapat pekerjaan atau membuka usaha sendiri. Kesiapan yang dilakukan bermacam-macam, ada yang melalui kursus keahlian teknik, managenen bisnis sampai kursus yang berbasis komputer dan penguasaan bahasa asing. Ada pula kursus menjahit, otomotif, salon, boga dan lain-lain.

Hakekat Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skill)
Pendidikan yang berorientasi pada pekerjaan, adalah upaya untuk membuat peserta didik menjadi terampil yang ujung-ujungnya diharapkan setelah lulus dapat memiliki kemampuan dan kecakapan dalam menghadapi dinamika kehidupan. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa peserta didik dapat memiliki kemampuan dan keberanian untuk menghadapi permasalahan kehidupan dan secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Pendidikan semacam itu biasa disebut sebagai pendidikan kecakapan hidup (life skill) dan didalamnya terdapat pula keterampilan vokasional.

Pembekalan keterampilan hanya sebagian kecil dari jenis pendidikan kecakapan hidup yang berguna untuk para lulusanya kelak dalam mencari kerja atau menciptakan pekerjaan. Dan oleh karena itu biasanya pendidikan kecakapan hidup yang lebih spesifik terkait dengan bidang pekerjaan tertentu, sesuai dengan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan, juga pada mata pelajarannya. Bersesuaian dengan kondisi dimana peserta didik berada, bekerja dan apapun profesinya.

Pendidikan kecakapan hidup yang spesifik sesuai dengan bidang pekerjaan (occupational) atau bidang kejuruan (vocational), membekali pada sisi kemampuan teknis atau pada sisi kompetensi teknis (technical competencies). Selain pada sisi technical competencies yang sangat bervariasi dalam bidang pekerjaan yang akan ditekuni, pendidikan kecakapan hidup juga mempersiapkan kecakapan yang bersifat umum seperti bersikap dan berlaku produktif (to be productive people), hal ini berarti dalam pendidikan kecakapan hidup (life skill) bersikap dan berperilaku produkti harus selalu dikembangkan, dan tidak dibatasi dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu tapi berlaku untuk semua bidang pekerjaan yang ditekuni.

Jadi dengan bekal yang diperoleh melalui pendidikan kecakapan hidup, baik dari sisi kompetensi dan sikap produktif ini, lulusannya dapat dikatakan sebagai ulusan yang memang siap kerja, yang dapat diserap industri maupun menciptakan peluang kerja.

Pendidikan untuk pendidikan dan Pendidikan untuk kerja
Pendidikan persiapan kerja yang mengarah terciptanya lulusan yang siap kerja bertumpu pada kebutuhan tenaga kerja menjadi solusi dari permasalahan lemahnya kompetensi yang dimilliki lulusan dunia pendidikan. Konsep pendidikan yang diterapkan selama ini berjalan dengan verbalistik dan berorientasi semata mata kepada menguasan mata pelajaran, bukan terkait dengan masalah sehari hari dan menggunakan materi pelajaran untuk memecahkan masalah masalah yang dihadapai dalam kehidupan. Seakan-akan menunjukan bahwa pendidikan untuk pendidikan atau pendidikan tidak terkait dengan kehidupan dan pemasalahan yang ada didalamnya. (http://alumnisaf.blogspot.com /2008/05/life-skill.html)

Sebagai upaya untuk menjawab kondisi pendidikan diatas, penerapan life skill yang memiliki tujuan untuk memungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik dalam menghadapi perannya di masa mendatang menjadi altrernatif solusi yang tepat untuk diberlakukan. Seperti disebutkan Slamet (2002), Life skill atau pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan seseorang untuk menjalankan hidup dengan nikmat dan bahagia, artinya tujuan life skill adalah untuk pemberdayaan, dengan harapan perserta didik mampu memecahkan permasalahan kehidupan termasuk mancari dan menciptakan lapangan pekerjaan (Depdiknas 2002), ditambahkan oleh Dosen Ekonomi Managemen FISE UNY, Nahiyah J Faraz M.Pd bahwa tujuan life skill memang mendidik kecakapan hidup dan membuat perserta didik mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara mandiri. (Ragam Terampil lewat “life skill”, tapi… http://kr.co.id, 11 mei 2008)

Dengan bekal pendidikan kecakapan hidup (life skill) membawa dampak dan manfaat yang baik bagi lulusannya untuk menjadi warga yang produktif dan proaktif dalam memecahkan setiap permasalah kehidupan dan lebih-lebih menjadi pribadi pribadi yang tidak hanya bergantung pada pihak lain atau mandiri.

Penerapan Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup life skill menjadi langkah penting untuk mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan terampil. Pemberdayaan dan pemberian ketrampilan pengembangan potensi SDM, melalui program pendidikan kecakapan hidup akan membawa konsekuensi pada keharusan melakukan penguatan manajemen baik yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan pembinaan, evaluasi dan pengembangan program.

Program-program yang diterapkan dalam pendidikan kecakapan hidup dipersiapkan untuk mendukung kemampuan dasar dalam aspek intelektual, emosional dan spiritual dari peserta didik, yang mengarah kemandirian berusaha dan sehingga perserta didik memiliki aspek sikap, mental, kecakapan dan keterampilan berusaha, diaplikasikan dalam kehidupan nyata untuk menjawab setiap persoalan kehidupan.

Selain itu menurut Direktur Pendidikan Kesetaraan Ella Yulaelawati, pendidikan kecakapan hidup menjadi jembatan penghubung antara penyiapan peserta didik di lembaga pendidikan dengan masyarakat dan dunia kerja (Keterampilan Vokasional Memacu Kreativitas, sumber: Pers Depdiknas Jakarta, Kamis (10 April 2008).

Lebih lanjut Ella menyampaikan, pendidikan kecakapan hidup merupakan isu sentral dalam pelayanan pendidikan, Pembekalan kecakapan itu dapat berupa membaca, menulis dan berhitung bagi peserta pendidikan keaksaraan fungsional. Program lainnya berupa pembinaan kursus kewirausahaan desa, kursus kewirausahaan kota , dan kursus paraprofesi dan pembekalan kecakapan hidup secara khusus menjadi muatan kurikulum dalam bentuk pelajaran keterampilan fungsional dan kepribadian profesional, selain itu pembekalan kecakapan hidup dilakukan melalui mata pelajaran iptek dengan pendekatan tematik, induktif, dan berorientasi kebutuhan masyarakat.

Hasil penerapan Life skill
Hasil penerapan dari pendidikan kecakapan hidup dibeberapa daerah telah menunjukkan manfaatnya, sebagaimana hasil penelitian tentang pelatihan vokasional pada pendidikan nonformal yang dilakukan di tiga provinsi yakni Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Jawa Barat. Menurut paparan Susanna Adam Ketua Tim Penelitian pelatihan vokasional pada pendidikan nonformal dengan studi yang dilakukan terhadap 1834 peserta kursus (719 peserta masih mengikuti kursus dan 1115 telah menyelesaikan kursus) dan 174 penyedia kursus, termasuk pemerintah dan swasta, sebanyak 84 persen peserta pelatihan menyatakan keinginannya untuk membuka usaha secara mandiri. Sementara dari hasil penelitian, sebelum diselenggarakan pelatihan sebanyak tujuh persen peserta telah melakukan usaha mandiri, dan usai mengikuti pelatihan sebanyak sembilan belas persen telah mampu melakukan usaha mandiri. (Keterampilan Vokasional Memacu Kreativitas, sumber: Pers Depdiknas Jakarta, Kamis (10 April 2008).

Hasil penerapan pendidikan kecakapan hidup atau Life skill, sebagaimana tersebut mungkin belum dapat dikatakan sukses sepenuhnya, meskipun demikian pendidikan kecakapan hidup tidak hanya memberikan harapan baru tapi bekal ketrampilan dan wadah mengasah potensi bagi peserta didiknya, sehingga kesuksesan dan kemandirian berusaha sebagai jawaban atas masalah yang ada dalam kehidupan benar-benar terjawab dengan adanya life skill.

Aspek Pengembangkan Pendidikan Kecakapan Hidup
Tidak berhenti sampai pada satu titik tertentu, dimana lulusan pendidikan kecakapan hidup atau Life skill harus terus mampu mengembangkan potensi, bersikap proaktif dan produktif dengan kreativitas yang tinggi, oleh karena itu pengembangan dalam pendidikan kecakapan hidup harus terus dilakukan, menginggat kecakapan hidup menjadi kunci keberhasilan kemandirian hidup dan memberi solusi untuk setiap persoalan yang ada didalam kehidupan.

Untuk itu pengembangan pendidik kecakapan hidup haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek pendidikan life skill, yang meliputi pada kecakapan diri, (personal skill) kecakapan sosial (social skill) kecakapan akademik (akademic skill) dan Kecakapan Bekerja

Kecakapan Diri merupakan kecakapan seseorang dalam memahami (kesadaran diri), mengatur dan memotivasi diri sendiri. Kecakapan Sosial atau kecakapan antar personal mencakup antara lain kecakapan berkomunikasi dengan empati dan kecakapan membina hubungan/ bekerjasama. Empati merupakan sikap penuh pengertian terhadap orang lain, sehingga berkesan baik dan dapat menumbuhkan hubungan yang harmonis. Kecakapan Akademik meliputi kecakapan membaca, menulis, berhitung dan kecakapan lain yang umumnya dipelajari disekolah. Kecakapan Bekerja adalah kecakapan yang berkaitan dengan keterampilan kerja. Keterampilan kerja ini merupakan bekal yang selayaknya dimiliki seseorang agar dapat hidup berguna dan mandiri secara ekonomi. Pada tulisan ini, penulis akan lebih fokus pada dua kecakapan hidup, yaitu Kecakapan Diri (personal skill) dan Kecakapan Sosial (social skill). http://tumbuh-kembang-anak.blogspot.com/